REY

Tangerang, REY – Bank Indonesia (BI) mengungkapkan, transisi energi terbarukan dari energi fosil membutuhkan biaya fantastis. Jumlahnya mencapai 3,5 triliun dollar AS atau sekitar Rp 50.050 triliun (kurs Rp 14.300) per tahunnya.

Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti mengatakan, biaya penanganan perubahan iklim lebih besar dibanding biaya penanganan krisis global 2008 bahkan pandemi Covid19. Untuk penanganan cuaca ekstrem saja, nilainya menyentuh 5,1 triliun dollar AS dalam 20 tahun terakhir. Jumlah ini setara dengan Rp 72.930 triliun. 

“Badan Energi Internasional memperkirakan transisi rendah karbon dapat membutuhkan sekitar 3,5 triliun dolar AS dalam investasi sektor energi setiap tahun untuk kasus ini. Jumlah ini dua kali lipat dari tarif yang berlaku saat ini,” kata Destry dalam seminar Building a Resilient Sustainable Finance.

– Senin (21/2/2022)

Kendati demikian, penanganan pandemi mesti segera dilakukan. Jika tak ditangani, ada beberapa ancaman yang menunggu, seperti cuaca ekstrem, krisis air bersih, kebakaran hutan, dan gangguan lingkungan lainnya. Lebih jauh, berpotensi mengganggu stabilitas moneter dan sistem keuangan. 

Kendati demikian, penanganan pandemi mesti segera dilakukan. Jika tak ditangani, ada beberapa ancaman yang menunggu, seperti cuaca ekstrem, krisis air bersih, kebakaran hutan, dan gangguan lingkungan lainnya. Lebih jauh, berpotensi mengganggu stabilitas moneter dan sistem keuangan. Kendati demikian, penanganan pandemi mesti segera dilakukan. Jika tak ditangani, ada beberapa ancaman yang menunggu, seperti cuaca ekstrem, krisis air bersih, kebakaran hutan, dan gangguan lingkungan lainnya. Lebih jauh, berpotensi mengganggu stabilitas moneter dan sistem keuangan. 

“Dan untuk mengendalikan perubahan iklim dan mengurangi risiko bencana alam lebih lanjut, upaya besar mesti diambil dan realokasi modal besarbesaran diperlukan dengan mewakili peluang risiko yang belum pernah terjadi sebelumnya,”

– Destry

Saat ini kata Destry, negara-negara di dunia sudah menyadari pentingnya transformasi hijau secara global. Hal ini dipresentasikan dalam COP26 pada November 2021, di mana para pemimpin dunia sepakat perubahan iklim harus ditanggapi dengan serius. Dalam pertemuan tersebut, seluruh negara harus berkontribusi mengurangi emisi gas rumah kaca menjadi nol bersih (net zero emission) pada tahun 2050.

“Untuk mengatasi masalah serius ini, kita perlu merancang keuangan berkelanjutan. Di bawah keketuaan Indonesia dalam G20, implementasi peta jalan keuangan berkelanjutan G20 akan fokus pada tiga topik utama yang dianggap kritis” 

– Destry

Pertama, mengembangkan kerangka transisi keuangan untuk meningkatkan kredibilitas dan keterlibatan lembaga keuangan. Kedua, peningkatan produk keuangan berkelanjutan yang berfokus pada aksesibilitas dan keterjangkauan.

Lalu ketiga, membuat kebijakan yang mampu mendorong pembiayaan dan investasi yang mendukung transisi.

“Dan kerangka kebijakan ini dirancang dengan baik, dijalankan dengan baik, serta tepat sasaran, sehingga mampu membawa masyarakat publik maupun swasta untuk berkolaborasi mengatasi krisis iklim di masa depan,”

-Destry

Post Views: 351
×